Awwaludin Ma’rifatulloh
Nafikan segala ketuhanan untuk mengenali Allloh
Mengenal diri adalah perbuatan sesuai dengan tuntutan dan ketetapan agama ( Dien al Islam ) :
Siapa mengenal dirinya maka ia akan mengenal Tuhannya ( hadis : Man arofa nafsahu faqod arofa robbahu ) , hal ini sejalan dengan petunjuk QS Adz- Dzariyat 21 __dan pada dirimu sendiri , apakah tiada kamu perhatikan”.
Perbuatan mengenal diri adalah dasar dari perjalanan diri dalam rangka mengenal Allloh sebagai mana tajuk “ Awwaludin ma’rifatulloh “ Awal agama mengenal Allloh .
Mengenal tuhan dan mengenal Allloh adalah tuntutan agama dalam rangka membenarkan dengan perbuatan atas perkataan kalimah tauhid “ La ilaha ilalloh “ ( tiada tuhan kecuali Allloh ).
Berkata tanpa didasari dengan perbuatan adalah perbuatan yang terlarang dalam agama Allloh :
( Amat besar kebencian disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa – apa yang tiada kamu kerjakan )
QS Ash-Shaf : 3
Kalimah tauhid dan kalimah syahadah adalah kalimah sumpah yang harus selalu dipegang teguh dan diperbuat kebenarannya , sedangkan mengenal diri adalah upaya menjaga diri agar tidak tergoyahkan
dalam memegangi kalimah sumpah sendiri.
Mengenal diri ( NGAJI ) adalah upaya membuka diri untuk di teliti sendiri ( instrospeksi ) apa yang berada dalam diri .
Mengenal diri ( ngaji ) adalah usaha mensukuri anugerah dan nikmat yang telah diberikan ilahi sebagaimana ditetapkan dalam kitabulloh :
“Dan(ingatlah juga), tatkala Tuhan-mu memaklumkan ,” Sesungguhnya jika kamu bersyukur , pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu , dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku , maka sesungguhnya Azab-Ku sangat Pedih” QS Ibrahim 7
Diantara Anugerah dan nikmat yang mudah dikenali tapi justru sering dilupakan orang banyak adalah :
Pertama Adanya Diri :
( tubuh lahiriyah & tubuh Bathiniyah )
Kedua adamya : Nafas atau asma’.
KEADAAN DIRI :
Secara umum keadaan diri terdiri atas 2 ( dua ) keadaan yaitu :
a. Tubuh Luar ( Jasad ).
b. Tubuh Dalam ( Jisim )
Tubuh dalam ( software ) merupakan penggerak dari adanya tubuh luar ( hard ware ).
Rangkaian dasar software ( tubuh dalam ) adalah :
1. Kemauan disebut Iradat ( I )
2. Tenaga disebut Qudrat ( Q )
3. Perasaan disebut Hayat ( H )
4. Pengetahuan disebut Ilmu ( Il )
5. Pendengaran disebut Sama ( S )
6. Penglihatan disebut Bashar ( B )
7. Perkataan disebut Kalam ( K )
Alamat aktivasi rangkaian dasar tersebut berada pada :
8. Akal disebut Aqal ( A )
9. Hati disebut Qalbu ( Q )
Secara hukum pada dasarnya kerja dari rangkaian dasar sistem software ( tubuh dalam) hanya tunduk pada Sang Maha Pencipta jadi haram jika software tunduk pada perintah hard ware ( tubuh luar ).
Rangkaian tubuh luar ( hard ware ).
1. Otot , syaraf , tulang , daging dan organ tubuh.
2. Darah , sparma dan cairan lainnya.
3. Udara / nafas,
4. Mata , telinga dan otak / fikiran.
Sebagaimana telah dimaklumi bahwa tubuh luar atau jasad ini berasal dari “ sesuatu sari pati dari tanah “ yang lalu mencapai kesempurnaan bentuk setelah melalui proses yang panjang dalam pembentukannya menjadi mahluk atau manusia baru yang terlahir dari rahim ibu.
Dalam pergerakan dan pertumbuhannya jasad atau hardware ini secara alamiah selalu berhubungan dengan keadaan alam sebagaimana asal usulnya maka keadaan sari nabati atau gizi berperan aktip dalam proses pertumbuhannya.
SINGKRONISASI JASAD DAN JISIM :
Hubungan antara hardware ( Jasad ) dan Software ( Jisim ) telah ditetapkan oleh Yang Maha Pencipta sebagai mana petunjuk berikut :
“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.”( QS. Jatsiyah 018 ).
Syariat berasal dari kata syaro’a yang berarti melihat atau mengetahui sedangkan agama atau ad dien adalah aturan tetap yang telah dibakukan bagi diri manusia , mengikut syariat berarti berada dalam aturan bahwa bekerjanya hardware ( jasad ) dalam ibadah harus berdasar pada keadaan software ( jisim ) alasannya adalah jisim tidak pernah tunduk pada dunia sedang jasad selalu berkiblat pada keduniaan.
Ini adalah cikal bakal hukum syariat , maka siapapun yang berbicara syariat kalau hadapan pandangan diri diawali dari melihat wujud dunia maka petuahnya tak perlu di-ikuti karena orang itu sesungguhnya tidak mengerti dasar hukum syariat
Maha benar Allloh dengan firmannya “…dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.”( QS. Jatsiyah 018 ).
Singkronisasi jasad dengan jisim inilah yang sebenarnya disebut “ Manunggaling Kawula Gusti “ dimana jasad ( hardware ) yang nampak ini harus Manunggal dengan Jisim ( software ).
Sehingga dalam ber ibadah tidak terjadi tarik menarik kepentingan , jasad sebagai abdi dan jisim sebagai gusti yang memimpin harus tiada jarak antara karena jika terdapat jarak maka pasti akan terjadi banyak gangguan dalam amal ibadahnya.
Seluruh rangkaian software manusia dalam keadaannya juga laisa kamislihi atau tan kena kinaya apa hal itu sebagai bentuk mewakili dari keadaan Sang Maha Suci dan Sang Maha Laisa kamislihi di dunia.
Rumusan Singkronisasi Laisa kamislihi adalah :
Manunggalnya bentuk Jasad laisa kamislihi dengan Jisim laisa kamislihi.
Jasad laisa kamislihi : adalah keadaan bentuk jasad yang sudah mencapai pengembalian bentuk pada ufuk dirinya sandiri.
UFUK
Setiap mahluk di alam semesta ini masing masing memiliki ufuk termasuk juga manusia , pada diri manusia ufuk diri itu berdiri diatas ufuk nazhor dan ufuk badihi .
Ufuk nazhor adalah titik “ Thoha “ yang berada tepat ditengah kening , sedang Ufuk badihi itu berada pada titik “Yaa Sin” yang berada di pusat sentral otak belakang bagian kepala.
Mengetahui ufuk diri adalah kewajiban setiap insan agama terutama yang menghendaki terwujudnya nilai kafah dalam al Islam.
QS 41 Fushilat 053. “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur’an itu adalah benar.
Siapa mengenal dirinya maka ia akan mengenal Tuhannya ( hadis : Man arofa nafsahu faqod arofa robbahu ) , hal ini sejalan dengan petunjuk QS Adz- Dzariyat 21 __dan pada dirimu sendiri , apakah tiada kamu perhatikan”.
Perbuatan mengenal diri adalah dasar dari perjalanan diri dalam rangka mengenal Allloh sebagai mana tajuk “ Awwaludin ma’rifatulloh “ Awal agama mengenal Allloh .
Mengenal tuhan dan mengenal Allloh adalah tuntutan agama dalam rangka membenarkan dengan perbuatan atas perkataan kalimah tauhid “ La ilaha ilalloh “ ( tiada tuhan kecuali Allloh ).
Berkata tanpa didasari dengan perbuatan adalah perbuatan yang terlarang dalam agama Allloh :
( Amat besar kebencian disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa – apa yang tiada kamu kerjakan )
QS Ash-Shaf : 3
Kalimah tauhid dan kalimah syahadah adalah kalimah sumpah yang harus selalu dipegang teguh dan diperbuat kebenarannya , sedangkan mengenal diri adalah upaya menjaga diri agar tidak tergoyahkan
dalam memegangi kalimah sumpah sendiri.
Mengenal diri ( NGAJI ) adalah upaya membuka diri untuk di teliti sendiri ( instrospeksi ) apa yang berada dalam diri .
Mengenal diri ( ngaji ) adalah usaha mensukuri anugerah dan nikmat yang telah diberikan ilahi sebagaimana ditetapkan dalam kitabulloh :
“Dan(ingatlah juga), tatkala Tuhan-mu memaklumkan ,” Sesungguhnya jika kamu bersyukur , pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu , dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku , maka sesungguhnya Azab-Ku sangat Pedih” QS Ibrahim 7
Diantara Anugerah dan nikmat yang mudah dikenali tapi justru sering dilupakan orang banyak adalah :
Pertama Adanya Diri :
( tubuh lahiriyah & tubuh Bathiniyah )
Kedua adamya : Nafas atau asma’.
KEADAAN DIRI :
Secara umum keadaan diri terdiri atas 2 ( dua ) keadaan yaitu :
a. Tubuh Luar ( Jasad ).
b. Tubuh Dalam ( Jisim )
Tubuh dalam ( software ) merupakan penggerak dari adanya tubuh luar ( hard ware ).
Rangkaian dasar software ( tubuh dalam ) adalah :
1. Kemauan disebut Iradat ( I )
2. Tenaga disebut Qudrat ( Q )
3. Perasaan disebut Hayat ( H )
4. Pengetahuan disebut Ilmu ( Il )
5. Pendengaran disebut Sama ( S )
6. Penglihatan disebut Bashar ( B )
7. Perkataan disebut Kalam ( K )
Alamat aktivasi rangkaian dasar tersebut berada pada :
8. Akal disebut Aqal ( A )
9. Hati disebut Qalbu ( Q )
Secara hukum pada dasarnya kerja dari rangkaian dasar sistem software ( tubuh dalam) hanya tunduk pada Sang Maha Pencipta jadi haram jika software tunduk pada perintah hard ware ( tubuh luar ).
Rangkaian tubuh luar ( hard ware ).
1. Otot , syaraf , tulang , daging dan organ tubuh.
2. Darah , sparma dan cairan lainnya.
3. Udara / nafas,
4. Mata , telinga dan otak / fikiran.
Sebagaimana telah dimaklumi bahwa tubuh luar atau jasad ini berasal dari “ sesuatu sari pati dari tanah “ yang lalu mencapai kesempurnaan bentuk setelah melalui proses yang panjang dalam pembentukannya menjadi mahluk atau manusia baru yang terlahir dari rahim ibu.
Dalam pergerakan dan pertumbuhannya jasad atau hardware ini secara alamiah selalu berhubungan dengan keadaan alam sebagaimana asal usulnya maka keadaan sari nabati atau gizi berperan aktip dalam proses pertumbuhannya.
SINGKRONISASI JASAD DAN JISIM :
Hubungan antara hardware ( Jasad ) dan Software ( Jisim ) telah ditetapkan oleh Yang Maha Pencipta sebagai mana petunjuk berikut :
“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.”( QS. Jatsiyah 018 ).
Syariat berasal dari kata syaro’a yang berarti melihat atau mengetahui sedangkan agama atau ad dien adalah aturan tetap yang telah dibakukan bagi diri manusia , mengikut syariat berarti berada dalam aturan bahwa bekerjanya hardware ( jasad ) dalam ibadah harus berdasar pada keadaan software ( jisim ) alasannya adalah jisim tidak pernah tunduk pada dunia sedang jasad selalu berkiblat pada keduniaan.
Ini adalah cikal bakal hukum syariat , maka siapapun yang berbicara syariat kalau hadapan pandangan diri diawali dari melihat wujud dunia maka petuahnya tak perlu di-ikuti karena orang itu sesungguhnya tidak mengerti dasar hukum syariat
Maha benar Allloh dengan firmannya “…dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.”( QS. Jatsiyah 018 ).
Singkronisasi jasad dengan jisim inilah yang sebenarnya disebut “ Manunggaling Kawula Gusti “ dimana jasad ( hardware ) yang nampak ini harus Manunggal dengan Jisim ( software ).
Sehingga dalam ber ibadah tidak terjadi tarik menarik kepentingan , jasad sebagai abdi dan jisim sebagai gusti yang memimpin harus tiada jarak antara karena jika terdapat jarak maka pasti akan terjadi banyak gangguan dalam amal ibadahnya.
Seluruh rangkaian software manusia dalam keadaannya juga laisa kamislihi atau tan kena kinaya apa hal itu sebagai bentuk mewakili dari keadaan Sang Maha Suci dan Sang Maha Laisa kamislihi di dunia.
Rumusan Singkronisasi Laisa kamislihi adalah :
Manunggalnya bentuk Jasad laisa kamislihi dengan Jisim laisa kamislihi.
Jasad laisa kamislihi : adalah keadaan bentuk jasad yang sudah mencapai pengembalian bentuk pada ufuk dirinya sandiri.
UFUK
Setiap mahluk di alam semesta ini masing masing memiliki ufuk termasuk juga manusia , pada diri manusia ufuk diri itu berdiri diatas ufuk nazhor dan ufuk badihi .
Ufuk nazhor adalah titik “ Thoha “ yang berada tepat ditengah kening , sedang Ufuk badihi itu berada pada titik “Yaa Sin” yang berada di pusat sentral otak belakang bagian kepala.
Mengetahui ufuk diri adalah kewajiban setiap insan agama terutama yang menghendaki terwujudnya nilai kafah dalam al Islam.
QS 41 Fushilat 053. “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur’an itu adalah benar.