Tafsir Surat Al-Fatihah
Suat Al-Fatihah diturunkan di Mekah sebanyak 7 ayat,25 kalimat 142 huruf.
1. Bismillahir rahmaanir rahiim
2. Alhamdulillahi Robbil Alamin
“ Segala puji bagi Tuhan seru sekalian Alam.”
Saudaraku
yang kami hormati, diatas telah disebutkan bahwasanya segala puji itu
bagi Tuhan seru sekalian Alam. Karena itulah umat manusia tidak haq
untuk dipuji juga tidak ada haq untuk memuji. Jadi yang berhak dipuji
dan memuji hanya Allah S.W.T.
Memang
pada umumnya manusia diatas permukaan Bumi ini gemar sekali terhadap
apa yang dinamakan puji-memuji itu. Tetapi banyak banyak dari mereka
yang tidak sadar akan perubahan yang terjadi pada dirinya itu.
Karena
puji-pujian tadi mereka merasa bangga, merasa lebih pintar dari orang
lain, lebih berani dan sebagainya, menurut puji-pujian yang mereka
terima atau dengar.
Karena
pada hakekatnya adalah apabila kita memuji kepada sesorang atau suatu
kaum, maka orang itu atau kaum itu , bukanya pujian yang baik melainkan
adalah racun yang kita berikan, sebaliknyapun yang terjadi pada diri
kita apabila kita dipuji atau mendapat pujiandari sesama umat manusia.
Oleh
karena itu kami hanya dapan sekedar memberikan pangdangan-pandangan
pada saudara-saudara sekalian, semoga Tuhan Yang Maha Esa Melindungi,
menjauhi dan dihindarinya kita dari segala puji-pujian, Amiiin...
Mudah-mudahan
dengan hikmah tafsir Al-Fatihah ini kita sama-sama mendapatkan hidayah
dan taufiq dari Allah S.W.T. untuk tidak memberikan atau mengobral
pujian terhadap sesama manusia. Seperti ada suatu kata dalam hadist
Addarul Husni : “ Ahiisu fi afwamil madda khuyyita turob..” Artinya : Hamburkanlah oleh kamu pasir kepada mulut orang-orang yang suka memuji orang.
Pendapat
kami dalam hal ini “ bagi umat manusia lebih di hina, dari pada dipuji,
karena dihinanya diri kita anggap saja sebagai “ pupuk alam “ sebagai
perumpamaan ialah pohon buah-buahan, apabila ia banyak mendapatkan pupuk
maka hasilnya bertambah baik, pohonnya tambah subur berbuah dst.
Saudara-saudaraku yang kami hormati .
Bagi
umat manusiapun kami rasa demikian, barang siapa yang ingin atau gemar
dipuji-puji dan atau sangat mengharapkan pujian dari sesama umat
manusia maka mereka itu termasuk kepada orang-oang yang sangat merugi,
yakni bilamana mereka itu bodoh, maka tetap ada di dalam kebodohannya,
dan bilamana mereka itu susah, maka tetaplah mereka itu di dalam
kesusahannya. Begitu juga bilamana mereka pintar, berani dst, maka
mereka akan menjadi sombong, bangga diri, merasa lebih dari orang lain,
takabur, dst. karena itu tidak akan ada manfaat dan menolong mereka apa
yang mereka banggakan dari kepintaran, keberanian,dst. tersebut
dihadapan Tuhan Yang Maha Esa.
Itu
semua akibat puji-pujian tadi yang telah menjadikan mereka itu bangga
terhadap dirinya sendiri sehingga kalau mereka hendak bertanyapada
seseorang makamereka merasa malu dan merasa hina dirinya, karena itu dia
tidak dapat lagi berbuat apa-apa.
Dalam
hal ini banyak sekali contoh-contoh yang berjalan dan telah lalu akibat
dari pujian itu sendiri. Pada suatu hari orang yang gemar dipuji
mendapatkan kemiskinan dan kekurangan, ia malu untuk meminta
pertolongan.
Banyak
pemimpin negaa kita yang ambruk, gugur dan hilang kewibawaannya karena
puji-pujian dari bawahannya. Fir’aun dalam zaman nabi Musa juga hancur
karena gemar dan senang akan pujian hingga ia lupa akan Tuhan Yang Maha
Esa. Oleh karena itu marilah kita ambil hikmah dari kejadian-kejadian
diatas agar kita tidak terbuai oleh adanya puji-pujian itu. dan
Mudah-mudahan pada pemimpin-pemimpin kita yang sedang melaksanakan
amanat penderitaan rakyat dapat terbuka hatinya dan lebih peka lagi pada
kemakmuran negara dan kesejahteraan rakyat sehingga dapat hidup
bahagia.
Dengan
kita mengambil hikmah dari pada kejadian yang telah lalu maka kita
secara langsung dan tidak langsung kita telah mendapatkan suatu ilmu
lagi yaitu kita telah dapat pelajaran dan pengetahuan, mudah-mudahan
dengan dorongan pengetahuan maka kitapun barulah dapat melaksanakan ilmu
( mengamalkan ) karena bilaman sudah datang suatu ilmu pada seseorang
atau suatu kaum dan ia tidak mengamalkannya, maka mereka tahu akan
mendapatkan azab. Seperti telah berkata Ibnu Ruslan Koddasallahusirrahu :
“ Fa alimun bi’ilmihi lam yu’malan mu’adzabun min qobli ‘ubadil wasan...”.
Artinya : Maka orang alim yakni orang-orang yang sudah mengetahui tidak
diamalkan atas pengetahuannya itu, maka disiksa akan mereka itu dahulu
daripada kafir yang menyembah berhala.
Dan tidak manfaat ilmu melainkan dengan amal, dan tidak syah amal kecual dengan ilmu.
“ Al-Ilmu bighoiri amalin dzahaban kabir, wal’amalu bighoiri ilmin dolalan syadid.”
Artinya : bermula ilmu tidak dengan amal itu dosa yang amat besar dan bermula amal tidak dengan ilmu itu sesat yang amat sangat.
“ Wal amalu ma’al ilmi nuurun’ala nuurin fatuuba lilladziina ala hudaini “
Artinya
: Dan berbuatlah amal serta dengan ilmu itu bercahaya diatas cahaya
maka seyogyanyalah bagi mereka itu yang mempunyai akal itu ada dua ilmu
pekerjaan yakni ilmu dengan amal itu jalan yang menyampaikan kepada ilmu
LADUNI.
Firman Allah Ta’ala :
“ Wattaqullaaha wayu’alimukumullaahu..”.
Artinya
: Dan takutlah kamu akan Allah ta’ala, yakni amalkan dan kerjakan oleh
kamu akan atas segala perintahnya dan jauhkanlah serta tinggalkanlah
atas segala larangannya, niscaya menganugrahi Allah ta’ala pada sir hati
hambanya dengan tidak mengaji dan tidak belaja pada mahkluk.
Asah-Asih-Asuh
adalah 3 ilmu yang wajib diamalkan bagi umat manusia yang beragama
Islam khususnya dan yang beragama lain umumnya, agar kita sebagai umat
manusia dapat mendalami Keselamatan-Ketenangan-Ketentraman serta
Kesejahteraan seperti juga istilahnya bahasa sunda Repeh-Rapih.
Untuk seluruh umat manusia di wajibkab atas mereka menuntut ilmuyang tak lain adalah mengharapkan pujian-Nya.
Pembagian pujian atas 4 tingkatan :
1. Puji hadist alal hadist, yakni yang Puji bahru atas yang bahru
2. Puji hadist alal Qodim, yakni Puji yang bahru atas yang qodim
3. Puji Qodim alal Qodim,yakni Puji yang Qodim atas yang Qodim
4. Puji Qodim alal hadist, yakni Puji yang Qodim atas yang bahru
Keterangan :
Puji hadist alal hadist
ialah seperti membaca ayat-ayat kalimat Qur’an, mengucapkannya baharu
sedangkan tulisannyapun bahru yang dapat dibuat oleh manusia.
Puji hadist alal Qodim
ialah seperti yang lazim memujikan Tuhan Yang Maha Esa atas kebesaran
dan kemurahannya Tuhan dansebagainya. Maka puji yang ini adalah yang
lazim diamalkan oleh sekalian ahli Fiqih, yakni ilmu syare’at.
Puji Qodim alal Qodim ialah
puji Allah ta’ala memuji atas Allah ta’ala, maka puji ketingkat ketiga
inilah amalannya atau pekerjaannya umat manusia yang telah ilmunya
Wali-wali Allah, karena selain dari pada Nabi-nabi yang telah dapat
Ma’rifat-nyalah sekalian Wali-wali Allah serta sekalian penganutnya yang
dapat mengamalkan Puji Qodim Alal Qodim ini, yaitu yang dapat dilakukan pada shalat patul Mutlaq yang wajib atas mereka.
Puji Qodim alal hadist
ialah puji Allah ta’ala memuji atas yang bahru, yakni bilamana Tuhan
seru sekalian alam telah menunjukan atau memperlihatkan sifat-Nya akan
yang bahru adalah suatu cahaya yang terang benderang, yang tidak ada
seumpamanya terangnya, yakni yang dinamakan JOHAR AWAL,
seperti sebagaimana Tuhan telah memperlihatkan sifatnya akan Rosulullah
S.A.W da akan Aulianya Allah serta kapada sekalian penganutnya. Ilmu
inilah yang penting dicari oleh umat manusia yang beragama, karena
dengan ilmu inilah barulah kita yakin serta dapat memenuhi atas kalimat :
“INNALILLAHI WAINNA ILAIHI ROOJI’UN ” :
Bahwasanya bagi Allah ta’ala dan kepadanya mereka kembali. Yakni asal
dari pada Allah ta’ala kembali pada Allah ta’ala. Ialah bagi sekalian
umat manusia itu asal dari pada cahaya harus kembali kepada cahaya
semulayang terang benderangialah sifatullah yang dinamakan JOHAR AWAL , benihnya dari pada tujuh petala Langit dan tujun petala Bumi serta isi keduanya.